Posts from the ‘inspirasi’ Category

Istikharah lah…..

Kemarin, ketika duduk-duduk bersama dengan teman akrab saya. Obrolan ringan seperti tak henti dalam perbincangan kami. Sampai pada suatu titik, dimana teman saya mulai menceritakan kehidupan pribadinya. Tentu tidak jauh dari kehidupan cintanya dengan pasangannya. Lika-liku tentang perjalanannya dengan pacarnya, tentang perbedaan prinsip dan sikap keras kepala masing-masing yang hampir meledakkan hubunyannya (kayaknya terlalu dibesar-besarkan yaaaa…..). Seperti layaknya jiwa muda yang selalu egois dalam bersikap, mereka pun tidak jarang saling mempertahankan keinginannya, walaupun kadang hanya permasalahan sepele.

Puncak dari ceritanya, dia mengatakan galau dan bimbang. Bimbang akan kelanjutan hubungannya, akan terus dilanjutkan sampai dengan pernikahan atau stop, putus sampai disini. Alasan tentang keegoisan masing-masing adalah yang paling menonjol, disamping ketakutan untuk tidak dapat melayani sebagai pasangan yang baik (alasan yang idealis, hehe….)

Seperti biasa, saran saya terhadap cerita-cerita kebimbangan seperti itu ya “SHALAT ISTIKHARAH lah!!!”. Walaupun saya tahu, hal itu memang tidak seringan yang saya ucapkan.

Dengan shalat istikharah, manusia diberi kesempatan untuk bertanya langsung kepada Allah SWT dan juga diberi jawaban langsung oleh-Nya. Allah akan memberi jawaban baik secara langsung maupun dengan isyarat-isyarat, tentu dengan kehendaknya. Dan tentu jawaban Allah adalah jawaban yang terbaik bagi umatnya. Mata Allah sangat tajam, sehingga akan lebih tahu tentang akibat walaupun di kemudian hari, tidak hanya di dunia tapi juga di akherat.

Percayalah pada taqdir Allah, karena Allah selalu lebih tahu apa yang terbaik bagi umatnya. Hanya umat yang sombong yang tidak bisa melihat kebaikan Allah.

GADIS PENGEMIS

Seperti biasa, Jumat pukul 11.30 saya dengan semangat (hehe…) memasuki halaman masjid kampus. Saya memang lebih menyukai Shalat Jumat di kampus, bukan karena tidak suka berada di masjid kampung (nuwun sewu nggih..) tapi karena saya memang lebih suka shalat di masjid yang besar dan luas, terasa lebih leluasa gitu… Disamping itu, biasanya kalau Khotbah di Masjid Kampus, Khotib biasanya tidak baca buku khotbah, jadi kesannya lebih komunikatif dan tidak kaku.

Setelah acara parkir memarkir (swalayan alias ga ada yang ngatur-ngatur, agak repot juga sih..), saya istirahat sejenak menghirup satu dua nafas sambil dandan agar lebih keliatan fresh… Belum lagi habis 10 nafas (mungkin, hehe…) datang  seorang perempuan dengan umur mungkin tidak lebih dari 20 tahunan. Dilihat dari wajahnya keliatan kalau dia tentu lebih muda dibanding saya yang berumur kepala 3 di tahun ini. Dengan baju yang kelihatan seadanya dan dibalut dengan jilbab sambil menggendong balita di sebelah kiri dan tangan kanan memegang gelas bekas minuman kemasan, tanpa berkata sepatah kata pun, hanya mengacung-acungkan gelas bekasnya yang sudah terisi beberapa uang logam. Dilihat dari wajahnya yang bersih dan putih, sangat susah percaya kalau dia memang termasuk dalam masyarakat miskin di negeri yang kaya ini (kaya apa????)

Dalam bingung saya terdiam, hampir tidak tahu apa yang akan saya lakukan. Kebimbangan akan pilihan untuk memberi atau tidak. Saya pandangi wajah perempuan dan balita yang digendongnya… Akhirnya pilihan jatuh pada mengangkat tangan, melambai tanda tidak akan memberi apapun. Sedetik dua detik perempuan itu masih belum beranjak dan tetap mengacungkan gelas bekasnya, berharap ada perubahan pada pilihan saya. Dan untuk kedua kalinya saya tetap melambai. Dan dengan wajah masam, perempuan tersebut ngeloyor pergi entah kemana.

Mungkin kejadian tadi bukanlah berita panas seperti live show penyergapan “teroris” atau korupsi 28 M yang terjadi di negeri ini. Mungkin di setiap tempat hal ini bukanlah hal yang aneh karena memang banyak terjadi hampir di setiap masjid-masjid besar. Sikap yang lebih suka pada hal yang instan, tanpa kerja uang pun datang. Sedikit keringat, banyak manfaat serta berharap belas kasihan dari kebaikan orang lain (dalam hal ini, saya termasuk orang yang belum baik..).

Kemiskinan yang “diderita” oleh sebagian orang lebih banyak karena keterbatasan dalam memperoleh sumber daya. Sumber daya ini dapat diartikan sebagai segala hal yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Keterbatasan dalam memperoleh sumber daya tersebut dapat dikarenakan geografis, kebijakan maupun budaya. Miskin karena geografis misalnya melanda pada daerah dengan kondisi tanah yang gersang, tandus, sehingga tidak memungkinkan masyarakatnya memproduksi sendiri sumber pangannya. Sedangkan kemiskinan karena kebijakan terjadi jika memang negara menerepkan kebijakan yang tidak berpihak pada masyarakat luas misalnya kenaikan inflasi yang menyebabkan harga-harga menjadi mahal dan susah terjangkau oleh masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhannya.

Kemiskinan karena budaya dapat diartikan sebagai tabiat atau kebiasaan pada masyarakat tertentu. Sifat malas bekerja tentu akan menyebabkan kemiskinan. Disamping itu, budaya untuk minta-minta dan berharap belas kasihan orang lain juga merupakan penyebab menjadi miskin. Mungkin inilah yang terjadi pada sebagian pengemis tadi dan sebagian pengemis yang lain. Kalau mereka menjadikan mengemis sebagai pekerjaan, sumber penghasilan maka dapat dikatakan bahwa mereka memang malas untuk bekerja. Tidak dapat disalahkan bahwa lapangan pekerjaan yang sempit atau pendidikan yang rendah. Buruh gendong di pasar juga merupakan pekerjaan dan tidak memerlukan ijazah formal, dan tentu uang dari keringat mereka akan lebih baik jika dibandingkan dengan uang hasil mengemis.

Mungkin akan lebih baik jika langsung menyumbang pada panti-panti sosial. Karena bagaimanapun juga, kita tidak tahu kalau uang yang kita berikan pada pada pengemis jalanan akan dipergunakan untuk apa. Atau bisa juga kita (termasuk pemerintah… jadi tidak hanya merazia..) berikan keterampilan agar mereka dapat memperoleh rizki yang lebih baik.

bagaimanapun juga, tangan diatas lebih baik dari pada tangan di bawah.